Ayatin seorang janda tua yang hanya tiggal bersama anak tirinya Karwati yang baru kelas dua Madrasah Ibtidaiyah.
Hidupnya cukup berat karena lumpuh dan katarak yang diderita bertahun-tahun.
Belum lagi vonis dokter yang menyatakan anak sematawayangnya itu menderita epilepsi.
Jalan
Lambau, jalan kecil di pinggiran kota Metro.Jika dari kota
Bandarlampung butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di tempat itu.
Jalan kecil berbatu yang belum terlalu familiar karena warga sekitar
kotapun banyak yang tak tahu lokasinya.
Deretan
rumah saling berhimpit, hingga tak ada sela untuk halaman. Melewati
gang sempit tepat di belakang rumah tingkat dua, sebuah bangunan
berukuran tak lebih dari 5×5 meter tampak terbuka daun pintunya. Seorang
wanita tua sedang duduk mengampar di atas karpet usang, dan gadis kecil
sedang asik bermain sendiri di sampingnya.
Tak
perlu bertanya kembali, dan tak keliru wanita itu adalah Ayatin atau
lebih sering disapa mbah Tin karena usianya yang sudah lebih dari
setengah abad. gadis kecil di sampingnya adalah Karwati.
Sejak
suaminya meninggal lima tahun silam karena becaknya ditabrak motor di
pasar yang tak jauh dari jalan Lambau. Wanita kelahiran Jombang ini
hanya hidup berdua dengan Karwati anak berusia 9 tahun yang kini mulai
bisa membantunya. Meskipun bukan lahir dari rahimnya Karwati sudah
menyatu dangan dirinya, juga dengan kisah hidupnya.
***
Keakraban
langsung terasa di ruangan tamu rumah mbah.Tin, ruangan tanpa plafon
sehingga terlihat atap asbes yang sepertinya belum lama diganti. Di
pojok ruangan tamu tumpukan sembako tersusun tak beraturan, jajanan
plastik tergantung di tembok dan aroma ikan asin dalam keranjang plastik
cukup menyengat hidung. Barang barang itu sebagian adalah hasil
pemberian orang-orang yang kemudian kembali mbah jual sekedar untuk
mendapat uang jajan si Karwati.
“mbah ini sengsara dari kecil nak”
kalimat pendek yang dirasa cukup mewakili perjalanan hidup terucap dari seorang mbah Tin.
Sejak
dulu Ayatin kecil sudah hidup merantau dan jauh dari orang tua, sampai
tumbuh dewasa Ayatin selalu hidup mandiri dengan berjualan di pasar
Metro. hingga akhirnya memutuskan hidup bersama Karna wijaya suaminya
yang kini telah almarhum.
Hidupnya smakin lengkap dengan hadirnya Karwati sebagai anak. Meski
Ayatin saat itu telah berumur dan suaminya kemudian meninggal saat
Karwati masih balita.
Mbah
Tin dan Karwati menjalani kehidupan hanya berdua. Demi sebuah
penghidupan yang layak mbah Tin membanting tulang dengan berdagang.
Hingga akhirnya suatu hari yang mbah pun tak ingat lagi. Dirinya jatuh
sakit. Badannya terasa nyeri di bagian kaki hingga membuat mbah Tin tak
mampu lagi berjalan.
“saya gak bisa jalan, saya Lumpuh” ujar wanita yang rambutnya hampir memutih seluruhnya ini.
“ waktu masih sehat sering mandi tengah malam, karena banyak pesanan kue dari tetangga”
hal itu yang selalu mbah ungkapkan dengan logat jawanya yang kental ketika ditanya penyebab dirinya sakit. Karena
keadaan ekonomi yang sulit, mbah Tin tak mampu berobat ke dokter.
Dirinya hanya melakukan pengobatan secara tradisional dengan minum jamu.
Lumpuh yang diderita mbah Tin tak kunjung sembuh.
Keadaannya semakin parah ketika mata kanan mbah tertutup oleh selaput putih susu. Penyakit yang secara medis di sebut Katarak dan biasa diderita oleh orang yang telah lanjut usia.
Cobaan
sepertinya tidak hanya diterima mbah Tin, Karwati yang kini duduk di
kelas dua Madrasah Ibtidaiyah pernah megalami kecelakaan kecil. Dirinya
terjatuh dari spedah saat di bonceng tetangga seusai sekolah. Semenjak
itu mbah Tin mengungkapkan Karwati sering mengalami kejang-kejang. Jika
terlalu capek kejang-kejangnya kumat.
Orang-orang menduga Karwati terkena ayan.
Tapi mbah Tin tak tega hingga tak percaya dengan dugaan para
tetangganya tersebut. Banyak diantara teman-teman atau para tetangga
menjauhi Karwati karena penyakitnya dianggap bisa menular.
Lagi-lagi karena keadaan ekonomi, Karwati tak mendapatkan pengobatan yang seharusnya diterima.
***
Selama
mbah Tin sakit, Karwati lah yang merawat si mbah. tak jarang Karwati
menimbakan air dan memandikan mbah Tin. Para tetangga juga merasa iba
dengan keadaan mbah Tin dan Karwati, hingga mereka saling bergantian
mengantar makanan.
Hingga
akhirnya keadaan mbah Tin dan Karwati menggerakan sebuah ikatan
Mahasiswa setempat untuk ikut membantu. Rio Dermawan mahasiswa STAIN
bersama teman-teman akhirnya membawa mbah Tin untuk mengikuti Oprasi
Katarak gratis oleh salah satu rumah sakit di Bandarlampung. Oprasi
dilakukan pada 16 Maret 2012.
Tak
hanya itu melalui dinas kesehatan setempat Karwati akhirnya dapat di
bawa ke dokter. Walaupun akhirnya dokter memvonis Karwati positif
menderita Epilepsi.
Saat ditemui di tempat praktiknya dikawasan jalan Jendral Soedirman kota Metro, dr. Soeradi Soedjarwo Sp.S dokter yang menangani Karwati mengungkapkan Karwati memang positif Epilepshi.
Penyakit yang di derita Karwati bisa disembuhkan namun membutukhan
waktu yang relative lama, yaitu 2-3 tahun asalkan teratur perikas ujar
dokter Soeradi.
Penyakit
Epilepsi yang di derita Karwati bisa di sebabkan karena faktor
kelahiran yang sulit, keturunan ataupun riwayat benturan yang pernah
terjadi di bagian kepala. Untuk sampai saat ini dr. Soeradi belum dapat
memastikan secara pasti penyebab Karwati menderita Epilepsi. Karena
belum dapat bertemu langsung dengan keluarganya.
Untuk
saat ini Karwati diberikan terapi obat, sehingga Karwati harus teratur
mengkonsumsi obat berbentuk kapsul 2 kali dalam satu har selama proses
penyembuhan. Karwati juga jangan sampai kecapekan dan harus istirahat cukup.
dr.Soeradi
juga menambahkan penyakit Epilepsi bukanlah penyakit menular jadi
anggapan masyarakat tentang penyakit ini memang salah.
“Jadi tidak perlu menjauhi penderita Epilepsi”Ujar dokter yang masih yakin Karwati dapat sembuh total.
Meskipun masih harus berusaha keras untuk dapat berdiri di atas kakinya sendiri secara tegak,
Mbah Tin kini dapat tersenyum karena dapat melihat dengan jelas wajah gadis kecil yang selama ini menemani dirinya.
Gadis cantik teman menjalani sisah hidupnya.
Bersama orang orang yang juga masih peduli dengan sesama.
[End]
keren mas ceritanya :') gimana cara melakukan pendekatan dengan mereka mas?
BalasHapus